Cerpen
KEPERCAYAAN PADA TEMAN
KEPERCAYAAN PADA TEMAN
TOKOH :1.LUIS
2.LEON
3.MIKEL
4.JOSHUA
5.PAMAN DAVID
6.AJI
7.PAK EDI
BABAK 1
Matahari terik di langit biru tanpa awan. Sebuah pohon dengan daun-daun berguguran, tanpa musim kemarau.Suara angin berembus.Daun-daun berguguran, melayang-layang di udara, jatuh ke bawah pohon.Leon dan Luis tengah bermain ayunan di bawah pohon. Ayunan sederhana, dari tali yang diikatkan di dahan pohon.
LEON:” Tra la la la, tri li li li. Betapa asyiknya, berayun-ayun”.
LUIS:”Aku yang capek. Udahan, ya.”
LEON:”Sebentar lagi, Luis.Lagi asyik, nih. Ayo, terus dorong.”
LUIS:”Udahan, ah.Aku mau ke rumah Mikel.”
Luis berhenti mendorong ayunan maju mundur. Lalu berjalan meninggalkan Leon.
Ayunan berhenti. Leon turun dari ayunan.
LEON:”Boleh ikut, nggak?”
LUIS:”Ayo, kita ke rumah Mikel.”
PAK EDI:”Leon, Luis mau kemana?”
LUIS:”Mau ke rumah mikel bentar.”
Leon dan Luis berjalan bareng menuju rumah Mikel.
Rumah Mikel tampak dari kejauhan.
Leon dan Luis berjalan menuju rumah Mikel.
Di dalam rumah, Mikel sedang melukis pada sebuah kanvas. Di kanvas sudah terlukis pemandangan: pohon, gunung, dan matahari. Gambar pohon tampak menonjol.
Joshua duduk menemani Mikel melukis.
MIKEL:”Ini namanya lukisan. Bukan cendol.”
JOSHUA:”Sudah tahu itu bukan cendol.”
MIKEL:”Tahu, ini pohon apa?”
JOSHUA:”Nangka.”
MIKEL:”Bukan.”
JOSHUA:”Lalu, apa?”
MIKEL:”Kedondong!”
JOSHUA:”Yah, lagi-lagi kedondong. Yang lain, dong.”
LEON:”Lagi ngapain si Mikel?”
LUIS:”Kalau nggak bikin puisi, melukis.”
LEON:”Halo, Mikel. Kami datang.”
Leon dan Luis masuk rumah. Mikel dan Joshua melihat ke arah Leon dan Luis.
JOSHUA:”Eh, Leon, Luis.”
MIKEL:”Buah pisang, buah duku. Selamat datang di rumahku, he he he.”
LEON:”Eh, Joshua sudah di sini....Wah, Mikel lagi melukis, ya.Bagus amat lukisannya.”
MIKEL:”Ya, jelas bagus dong.”
LEON:”Oh, iya, Dom, bikinkan aku lukisan ya.Bunga mawar, yang indah, ya.”
LUIS:”Aku juga mau”.
MIKEL:”Iya. Iya. Aku buatkan yang indah”
LEON:”Bunga mawar.”
MIKEL:”Iya. Iya. Bunga mawar dan kedondong.”
LEON:”Nggak mau pakai kedondong.Pokoknya mawar saja, nggak pakai kedondong.”
MIKEL:”Oke. Oke. Tuan Putri.Besok pagi, aku antar lukisannya ke rumahmu.”
LUIS:”Jangan lupa, aku juga, ya.”
LUIS:”Jangan lupa, aku juga, ya.”
MIKEL:”Iya. Iya. Aku janji besok pagi aku antara ke rumah kalian.”
LEON:”Terima kasih. Kami pulang dulu, ya.”
BABAK 2
Leon dan Luis keluar rumah Mikel.
Joshua menyusul pulang, dengan muka penuh cat.
Mikel melanjutkan melukis, sepulang Joshua, Leon, dan Luis.
MIKEL:”Nah, sekarang aku bisa lebih serius melukis.Nggak ada yang ngerecokin.”
MIKEL:”Wah, panas sekali siang ini. Haus sekali.”
Lalu minum es segelas besar sampai habis dalam sekali teguk.
MIKEL:”Nikmat sekali. Minum lagi ah.”
Mikel kembali meneguk segelas es.
MIKEL:”Betapa nikmatnya, di siang yang panas minum es banyak-banyak.
Beli nanas dibikin jus. Dicampur tomat sama es krim.
Hari panas bikin haus. Paling nikmat minum es krim.”
Beli nanas dibikin jus. Dicampur tomat sama es krim.
Hari panas bikin haus. Paling nikmat minum es krim.”
Mikel mengambil satu gelas es. Lalu minum dengan sekali teguk. Habis itu, ia ambil lagi satu gelas es dan meminumnya dengan sekali teguk.
MIKEL:”Ah, sudah ngantuk nih. Tidur, ah.”
Mikel bangkit dari duduk, berjalan memasuki kamar tidur.
Mikel naik ke tempat tidur. Merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Menguap. Memejamkan mata.
Mikel bangun lagi. Duduk di tempat tidur. Menggaruk-garuk lehernya.
MIKEL:”Tenggorokanku terasa sakit.”
Mikel menguap. Lalu ia merebahkan kembali di tempat tidur. Mikel segera memejamkan mata.
Mikel kembali bangun, duduk di tepi tempat tidur. Memejet hidungnya sendiri.
MIKEL:”Tenggorokan sakit, hidung mampet pet pet pet.Kacau balau. Kacau balau. Kenapa jadi begini?”
Mikel kembali merebahkan di ranjang. Memejamkan mata. Ia tampak menggigil.
MIKEL:”Kepalaku terasa berat.Badanku menggigil.”
BABAK 3
LEON:”Mikel kok belum juga datang? Dia kan sudah janji ngantar lukisan.”
LEON:”Jangan-jangan, Mikel kambuh lagi kebiasaan jam karetnya.”
LUIS :”Lagi melamun, ya?”
LEON:”Eh, Luis. Lagi nunggu Mikel.”
LUIS:”Aku seharian juga nunggu Mikel. Tapi tak juga datang.”
LEON:”Lalu, ngapain ke sini?”
LUIS:”Ngecek Mikel. Kukira dia ke sini nganterin lukisan.”
LEON:”Boro-boro. Nunggu dari pagi, Mikel tak muncul.”
LUIS:”Kita ke rumahnya saja.”
LEON:”Baiklah. Yok, kita berangkat.”
Aji berjalan-jalan, sesekali menggerak-gerakkan badannya seperti senam. Memutar pinggangnya ke kiri dan ke kanan.
LUIS:”Leon, kamu kok diam saja. Lagi marah, ya?”
LEON:”Kesel. Keseeeel banget.”
LUIS:”Kesel sama aku?”
LEON:”Sama Mikel.”
LUIS:”Aji, siang-siang panas begini olah raga?”
AJI:”Lagi hobby nih. Kalian mau ke mana?”
LEON:”Ke rumah Mikel.”
AJI:”Ngapain?”
LUIS:”Dia sudah janji ngasih lukisan, eh, nggak datang juga.”
LEON:”Iya, nih. Jadi kesel.Bayangin, sudah nunggu dari pagi, sampai siang Mikel nggak datang.”
AJI:”Jangan percaya pada janji Mikel.Dia sengaja nggak menepati janji.
Tahu sendiri kan sifat Mikel.Mungkin dia lagi mancing atau lagi asyik bermain dengan Ben ke danau.”
Tahu sendiri kan sifat Mikel.Mungkin dia lagi mancing atau lagi asyik bermain dengan Ben ke danau.”
LUIS:”Jangan berprasangka buruk dulu.”
AJI:”Siapa tahu tebakanku benar.”
LUIS:”Itu bukan tebakan.Tapi prasangka buruk.Lebih baik kita buktikan ke rumah Mikel.”
LEON:”Aji, kamu ikut juga deh.”
AJI:”Iya. Iya. Aku temenin.”
BABAK 4
LEON:”Mikel. Mikel.”
LUIS:”Mikel.”
AJI:”Tak ada sahutan. Jangan-jangan benar dugaanku,Mikel pergi bermain dengan Ben.Mikel ingkar janji.”
LUIS:”Jangan berprasangka dulu. Kita coba panggil lagi.
LEON:”Mikel. Apa ada orang di rumah?”
AJI:”Dengarkan baik-baik. Sepertinya ada suara rintihan.”
LEON:”Iya. Seperti merintih kesakitan.Jangan-jangan, Mikel sakit.”
LEON:”Halo, kawan. Maaf, kami menerobos masuk rumahmu.”
AJI:”Siang-siang panas begini, tidur berselimut rapat?”
LUIS:”Kamu sakit, ya?”
MIKEL:”Iya. Badanku panas. Tenggorokanku sakit. Hidung mampet.”
AJI:”Kalau begitu, aku panggil Paman David.”
LEON:”Luis, kamu masak bubur.”
LUIS:”Asyik makan bubur, nih.Perutku sudah keroncongan.”
LEON:”Bukan untuk kamu. Untuk Mikel.”
LUIS:”Kukira untukku. Kamu saja deh, yang masak bubur. Aku bikin minuman hangat saja.”
LEON:”Ya, sudah, aku masak bubur.”
LUIS:”Bikinnya yang banyak, ya, aku juga pingin bubur.”
LEON:”Iiih, Luis. Yang penting untuk Mikel. Dia yang sakit.”
PAMAN DAVID:”Kamu kenapa, Mikel?”
MIKEL:”Badanku menggigil. Tenggorokan sakit untuk menelan.Terasa kering. Hidung mampet.”
PAMAN DAVID:”Kena flu?”
MIKEL:”Iya, Paman.Kemarin seharian aku minum es banyak sekali. Habis, udara panas banget.”
PAMAN DAVID:”Nah, mungkin itu penyebabnya.Di saat udara dan cuaca panas seperti ini, jangan terlalu banyak minum es.Jaga kesehatan dengan benar.”
LEON:”Mikel, ini aku bikinkan bubur.”
MIKEL:”Terima kasih.”
PAMAN DAVID:”Nah, Mikel. Kamu makan dulu.”
AJI:”Maaf, aku tadi berprasangka buruk.Kukira kamu sengaja ingkar janji pada Leon dan Luis.”
AJI:”Maaf, aku tadi berprasangka buruk.Kukira kamu sengaja ingkar janji pada Leon dan Luis.”
MIKEL:”Janji apaan?”
LEON:”Ngantarkan lukisan bunga mawar.”
MIKEL:”Oh, iya. Bukan aku lupa, tapi ....”
LEON:”Kita maklum, kok.”
MIKEL:”Aku janji akan aku buatkan lukisan.”
LEON:”Untuk menebus rasa bersalah, kita mau kok nemani kamu.”
LUIS:”Makanya jangan berprasangka buruk dulu.”
MIKEL:”Buah jeruk buah kedondong. Jangan berprasangka buruk, dong.”
AJI:”Kedondong lagi, kedondong lagi. Masih juga ingat kedondong.”
SELESAI